Kusimpan senyummu pada ruang terindah di lubuk hatiku
Kucerna tilawah indahmu sepenuh jiwaku
Kunyalakan asa dengan gelagar takbirmu
Kubelai kain sehelai kenangan cintamu
Kuraba berjuta semangat terpahat disitu
Beribu makian meluncur menyayat bagai sembilu
Hanya pasrah kau anggap angin lalu
Tak peduli, karena tujuanmu hanya satu
Ridha Tuhanku dan Tuhanmu
Kau pasti bukan malaikat yang benar selalu
Namun kuyakin dan terus berharap agar malaikatpun bangga denganmu
Beberapa jenak dalam hidupku
Terasa begitu berarti
Saat genggam hangat tanganmu
Menerpa telapak lemah jemariku
Saat duka lara melandamu
Tetap hangat pelukanmu
Untuk cita kemerdekaan Al Aqshamu
Semua murah kau berikan
Walau itu adalah nyawamu
Jejak Ismail putera Ibrahim kau tapaki
Karena engkaulah Ismail putera Al Aqsha dari Gaza
Tugas telah tuntas
Rindu yang memburu
Abang Mail yang tersayang
Darahmu yang bersimbah
Takkan pernah sia-sia
Ianya mewangi bersama beribu darah syuhada
Dari bumi para perwira,
Gaza yang tak pernah putus asa.
Selamat jalan Abang tersayang
Dari sini kuhanya berharap
Berjumpa lagi di sudut Jannah, semoga
(Mengenang Sang Mujahid Syekh Ismail Haniyah,
oleh Al Faqir Muhammad Ikhwan Jalil, 26 Muharram 1446)
Leave a comment